7 Apr 2011

maha kuasa



Siang ini, pantulan sinar matahari pada jalan aspal didepan tempat kerjaku menjadikan ruanganku panas, tiga kipas yang ada rasanya tidak berdaya melawannya, padahal sudah beberpa kali aku menyirami halamannya, namun sesaat kemudian air itu telah habis menyusud kepermukaan dan sedikit dihisap oleh terik yang luar biasa panas.
seorang anak berkacamata yang sedang duduk didepan kom nomer 3 sudah beberpa kali memesan air dingin untuk menyusutkan keringatnya, namun ia tetap semangat nampaknya memainkan gamenya, beda lagi dengan anak yang masih dengan seragam SD-nya itu, ia tidak sedikitpun menghiraukan panas yang menyengat, ia sedang bermain game online, x-shot dari PT. winner interactive yang beralamatkan di situs www.gfo.web.id. Ia terlihat lebih tangguh dari anak gemuk berkacamata yang katanya dari lamongan itu. Pandangannya tak sedikitkpun meleset dari monitornya, ia terlihat amat antusias memainkan game baru itu untuk cepat-cepat menang dan terus naik pangkat hingga tingkatan mayor, beberapa kali ia hanya mendengus saat seseorang dalam permainannya  mati tertembak.
“panas sekali ya bang..” ucap anak berkacamata itu, dikeningnya terus bermunculan keringat jangunnya.
“ia…padahal aku sudah tiga kali menyiram halaman, namun tetap saja panas” ungkapku memberitahu anak yang kira-kira masih kelas satu smp atau kelas akhir SD itu.
“bang…air lagi dong,…” pinta anak lamongan itu lagi, ini adalah yang keempat kalinya ia minta diambilkan air padaku. Ia rasanya memang sangat tidak kuat akan panas. Tanpa bicara lagi aku segera mengambilkannya air gelas dilemari es. Rupanya amat nikmat sekali anak itu meneguknya, ahhhhh….
Sebelum aku kembali duduk dikursiku, aku mencabut tiga lembar tisu dan memberikan padanya. “nich..”
Kini  kaos yang kukenakan mulai basah dengan keringat yang terus keluar dari pori-pori tubuhku, untung saja aku menggunakan parfum yang lengket hingga bisa terjaga dari bau keringat yang menyengat, kalo tidak pasti tak bisa dibayangkan baunya sepert apa.
Ini baru bekerja didalam ruangan, bagai mana dengan orang yang kerjanya sebagai kuli,sopir, dan yang lebih parah orang-orang dikampung halaman yang bekerja sebagai petani. pasti mereka amat tersiksa dengan keadaan siang ini, Ya..allah…berilah mereka kesabaran, do’aku dalam hati.
***
Baru saja aku memegang mouse dan bertiktak tiktuk diatas keybort untuk membalas sebuah pesan masuk difacebook,tiba-tiba  aku teringat pada pak mahfudz, guru agama dikampungku dulu saat menerangkan yaumul akhir, dimana kata beliau semua ummat manusia dibangunkan oleh allah dari matinya dan dikumpulkan pada sebuah tempat yang pada saat itu matahari hanya berjarak beberpa jengkal diatas kepala manusia semuanya.
“hanya yang mendapatkan rahmat-Nyalah yang tidak merasakan panas yang aaaaamat luar biasa itu“ terang beliau memanjangkan huruf a pada kata amat, Nampak ia menekan, batapa celcius panas saat itu,yang hanya beberapa jengkal saja diatas kepala manusia. Subhanalla….lirihku dalam hati memikirkannya. Didunia jauh seperti ini sudah terasa panas yang amat, bagaimana diakhirat kelak?, hatiku berbicara sendiri, ya..allah robbul alamin… selamatkanlah hamba,guru hamba, orang tua hamba,keluarga hamba, sahabat hamba dan semua ummat islam pada hari itu, engkaulah tuhan semesta alam yang bisa melakukan segala hal…tanpa dipinta nuraniku berdo’a sendiri.
Siapa yang bisa membayangkan seperti apa manusia saat itu, sedangkan menurut keterangan lanjutan dari pak mahfudz, kala itu manusia dalam keberadaan tanpa sehelai kaipun yang melilit ditubuhnya.
Dari mengingat keterangan itu, aku langsung teringat akan dosa-dosaku yang tak terhitung, bagaimana jika diakhirat nanti aku tidak mendapatkan syafaat dari rosullah, nabiku,nabi seluruh ummat manusia dimuka bumi ini.
Bayangan tentang dosa-dosaku terus melayang-layang didalam otakku, menyusuri darah yang mengalir didalam tubuhku, beberpa tahun lalu saat aku masih duduk dibanggku smp, aku sering melawan pada kedua orang tuaku, sering mengelak dari apa yang ia suruh padaku.
“Ibu…ma’afkan aku”lirih hatiku memita ma’af pada ibu yang telah berpulang kerankulan tuhan setahun lalu itu.
Rasa rindupun menjelma lewat panas yang meradang ini, betapa aku ingin ia kembali didekatku, memberiku segelas air dingin untuk memeragi keringatku seperti sedia kala saat aku pulang dari sekolah.
“endok…nich minum biar hilang keringatnya” kata ibu dengan suara lembutnya tergiang didaun telingaku. Ia amat sayang padaku, dan akupun sebaliknya, amat menyayanginya.
“bang!” panggil anak berkacamata itu menyadarkan aku pada sinopsis hidup masa lalu, “air lagi dong…” pintanya sembari mengusap keringat jangung didahinya. Sedang anak yang berseragam SD, masih sama seperti yang aku lihat tadi, ia tak sama sekali mengindahkan panas hari ini.
Jakarta,060411


Tidak ada komentar:

Posting Komentar