11 Apr 2014

Premis Cerita [Menulis Novel 1]

wah! akhirnya malam ini aku bisa juga memposting tulisan kembali setelah dua jam yang lalu pulang dari main Futsal.
Let's Go! tidak usah panjang lebar dan belibet ini itu. Mataku sudah benar-benar sisa 3watt. Nah loh! entar kalo sampe salah nulisnye begimane?  Demi kali semua aku akan berusaha sampai selesai.

cerita punya cerita, kali ini Alif akan menarik kesimpulan tentang pembahasan di kelas novel FLP Ciputat tadi sore bersama tutor cantik, Mba' Aida (Mba' Salam takdzim dan doaku selalu menyertaimu, semuga ilmu yang Engkau sampaikan berkah, aamiin...).

yuuuk! langsung ke benang merahnya. sore tadi adalah pertemuan yang ke-2. Setelah pertemuan pertama hanya shering biasa, maka sore tadi Mba' Aida mulai masuk pada sesi pelatihan sebenarnya. Premis Cerita. ada yang sudah paham tentang yang satu ini? Aku rasa setiap penulis pasti mengenalnya, biarpun tidak mengenal pasti sudah pernah menjadikannya kunci awal dari setiap karyanya. emang apa sih sebenarnya premis itu? tampaknya kalian semua mulai tidak sabar, nah, aku bagaimana? mataku sudah perih nih :).

Premis Cerita  adalah ide awal untuk calon tulisan yang akan kita eksekusi, untuk penulisannya cukup secara singkat, tegas, padat, tidak berbungaa- bunga apa lagi dengan penjelasan yang super dupel panjang. menurut Mba' Aida penulis novel Looking For Mr. Kim "Premis cukup dihadirkan dengan beberapa baris kalimat yang menggambarkan ide dasar saja dari sebuah cerita yang hendak disusun."

Sebagai contoh. Premis dalam film Finding Nemo.

            Finding Nemo, menceritakan seorang ayah yang mengalami trauma akan kehilangan pasangannya, dari ratusan telurnya hanya 1 yang selamat dan diberi nama Nemo, sehingga ia sangat protektif terhadap Nemo. Hingga masalah datang saat Nemo ditangkap dan sang Ayah mengalami perubahan secara psikis karena kejadian tersebut.
 
            Cukup jelas? Let’s see kita lihat premis yang lainnya ya
             Perempuan Bersanding Angin, novel yang akan saya garap (Insya Allah!) mengisahkan tentang seorang gadis berumur 17th yang mengalami tekanan batin karena penceraian orang tuanya. Dengan segala penderitaan yang dijalaninya akhirnya ia memilih kabur dari rumah.

            Cukup mudah bukan? Pada intinya menulis premis itu harus fokus, menceritkan si tokoh utama sedikit namun menjelaskan masalah utama dan bagaimana ia menyelesaikan masalahnya.

               Selamat menulis...! semuga tulisan ini bermanfaat. aamiin.



  


1 Apr 2014

Puisi "Musim dari Segala Musim" Alif Ialhi

 Musim dari Segala Musim

musim hujan menjadi musim momok
menakuti gumpalan awan dalam tembok
kanal-kanal jiwa diperintahkan tunduk
ada juga yang masih mabok
bermain-main dengan kepedihan

kami sering kali lupa
bahwa Tuhan membuatkan kanopi
dari musim ini belum tiba
jauh-jauh dengan lazuardi
biru tua hampir matang
peringatan mulai ditayang

kami sering menelantarkan tunduk
sujud menjadi milik suluk

Jakarta, 02 April 2014

Puisi "Setelah Lama" Alif Ilahi

Setelah Lama

aku kira telah lupa
menulis sajak dengan pena
menyulap luka
menjadi tawa

aku kira telah lupa
mengatakan cinta denga puisi lama
menjadikan mawar
sebagai kiasan wanita

aku kira telah lupa
menyajikan sebaris puisi
dengan rasa
pada matahari

II.
setelah lama
tidak menggumul bibirmu
aku kira akan lupa bagaimana kenikmatan
bermalam dengan atap rembulan
melepas kenikmatan dengan syahwat
dan sholawat malam

dulu, kebiasan lama kita
adalah memeluk masing-masing pena
sambil berbicara tentang dunia

setelah lama,
aku kira akan lupa.

Jakarta, 02 April 2014

Puisi "BINATANG" Alif Ilahi

Binatang

semenjak manusia menentang Tuhan
mereka t'lah memilih menjadi binatang
melintang dari langit tentang kabar
binatang menjadi binatang
haus dan liar

binatang ini tidak perlu memiliki taring layaknya macan
tanduk layaknya banteng
cakar tajam layaknya elang
hati nan hitam cukup mengalahkan segalanya

suatu ketika:
"aku adalah binatang jalang
menjadi belalang
menjadi santapan burung"

"ditempat lain aku adalah elang
kasar dengan mencakar
mengejar ke belukar"

dengan hati yang tenggelam dalam gelombang hitam
manusia menjadi setan dari setiap pagoda kehidupan

Jakarta, 02 April 2014

Am I writer?

Anda seorang penulis?
Bagaimana jika pertanyaan itu di tanyakan kepada kamu, ketika kamu sedang menulis di depan laptop atau bukumu? Entahlah, jika pertanyaan itu di ajukan kepadamu. tetapi, jika pertanyaan itu ditujukan kepadaku, maka dengan lentang aku akan menjawab, "IYA SAYA PENULIS." Waw! Keren bukan? Dan sekarang, masaslahnya adalah, apa yang sedang kamu tulis? apa yang kamu hasilakan dari beberapa tulisanmu?

Tentu, untuk pertanyaan ini aku harus diam beberapa jenak. Dua pertanyaan itu memang sangat gampang dan klis ditelinga kita semua. Namun, dua pertanyaan itu yang akan membawa kita pada dunia kepenulisan sebetulnya. Apakah menulis sekedar menyusun kata menjadi kalimat, dari kalimat menjadi pragraf dari beberapa pragraf menjadi halaman-halaman?

OH! Sungguh ternyata bukan, bukan itu jawabannya.
Setelah merutuki diri beberapa saat, menulis bukanlah sekedar menyusun kata-kata, bukan sekedar memiliki sebuah buku yang nangkring di toko buku, bukan sekedar tanda tangan dibeberapa buku yang di tulis. OMG! lalu selama ini denganku? (kayak udah ada buku yang terbit aje lu! :) ) saat ini aku memang belum punya buku 'solo' tapi suatu saat aku akan memilikinya - WAJIB - ya, itulah cita-citaku tahun ini, ada novel yang sekiranya bermanfaat untuk diri sendiri, teman-teman, para sahabat, keluarga dan khalayak.

Bermanfaat. ya, itulah tujuan dari menulisku, dapat memberikan manfaat bagi sebanyak-banyaknya orang, membuka jendela wawasan baru yang dapat membuat mereka lebih semangat. Dengan dakwah bil qolam ini aku harus bisa membawa orang-orang ke kapal Nuh untuk menjauh dari siksaan.

Ketika aku tidak mampu menulis kitab kuning seperti Fathul Qorib-nya Abu Syuja’ Ahmad bin Husain bin Ahmad Al-Ashfihani yang menjelaskan tentang fiqh, maka dengan novel yang aku tulis dapat menyerapkan beberapa ajaran beliau supaya dapat dipahami dengan pikiran yang enjoy. Kenapa aku memilih novel untuk berdakwah? Jawaban yang paling mendasar adalah karena jaman ini adalah jaman orang-orang yang tidak mau ribet dengan segala halnya, maunya serba instan. Aku rasa dengan novel ini, aku bisa memasukkan nilai-nilai agama dengan penuturan para tokoh di dalamnya agar mereka meresa tidak digurui dan beberapa jam yang kenakan untuk membaca buku lebih bermanfaat lagi.

Yes! that's my dream! what about you?!!!
well, kalian harus memiliki tujuan.

selamat malam, semua berkah.