Tanpa aku rasa, jam dua belas malam nanti umurku akan menginjak pada tangga kedua puluh dalam menjalani kehidupan ini, rasanya terlalu cepat bagiku untuk menjadi orang yang lebih dewasa lagi, namun itu takmungkin aku pungkiri, karena didunia ini waktu terus maju tanpa sedikit menoleh kebelakang bahkan sekedar berhenti sejenak, waktu tanpa hiraukan sesuatu, waktu cukup tak bersahabat bagiku yang hanya mempermainkannya dari dulu.
Lalu apa yang harus akau lakukan?, haruskah aku marah pada waktu yang nampaknya mempersulit hidupku?, haruskah aku menyalahkan takdir tuhan yang mengatur waktu?, tidak, jika aku telah dewasa, seharusnya aku harus berfikir lebih aktif hingga apa yang akan aku lakukan adalah hal-hal ylang positif, terlebih lagi bersahabat dengan waktu.
“Yes!, aku dewasa saat ini….” banyak orang yang membanggakan kedewasaan seperti ini, memamerkan, memberitahu bahwa dirinya telah dewasa, sangat bangga sekali. Namun kenapa denganku malah bertolak seratus delapan puluh derajat dari kebanyakan remaja pada lazimnya. Apa karena aku takut menjalani hidup baru ini?, hidup yang katanya penuh tantangan, bukankah aku suka dengan tantangan dalam hidup ini?. Tapi kenapa, dengan yang namanya dewasa aku amat takut.
Ya..allah...bantu aku mengalahkan rasa takut yang amat ini, aku ingin seperti yang remaja pada lazimnya yang selalu menginkan dirinya dewasa lebih dini, membanggakan kesewasaannya, menjalankan semuanya senang hati.
Ya..allah…aku tahu engkaulah yang telah menakdirkan ini semuanya, dan pula engkaulah yang bisa membantu hamba-hambamu yang kesulitan.
Dengan memajamkan mata aku berkata “selamat datang kedua puluh dalam hidupku,selamat datang dunia baru yang penuh tantangan, selamat datang masa tersulit yang menyenangkan, selamat datang, aku siap dipersuntingmu untuk hari-hariku kedepan”
***
Teman, sekedar aku mengingatkan, jangan pernah menunda waktu seperti aku, yang bisa dikerjakan malam hari janganlah sampai subuh tiba begitupun sebaliknya, yang bisa dikerjakan siang hari, janganlah menunggu malam tiba, jangan menahkodai waktu dengan berharap besok lebih mantap, besok lebih sempurna atu besok lebih baik.
Ingat!, waktu itu sebenarnya sama saja, antara kemaren dan esok, sekarang dan nanti, yang memberi perbedaan hanyalah keterampilan kita memenagenya, bagaimana cara kita memperlakukannya, apakah kita akan membiarkan waktu melangkah dan kita hanya duduk-duduksantai mengahabiskan sebatang rokok dengan secangkir kopi. Jika memang itu cara kita membudayakan waktu, jangan pernah berharap esok akan cerah, meski matahari bersinar indah.
Jangan pernah menyia-nyiakan waktu yang diberikan tuhan sebagai kado terindah untuk kita jika kau (teman) tidak ingin seperti aku.
Apakah kalian pernah mendengar pepatah orang madura “bikinah betes tak kerah bedeh eade” yang mendapat kesikmpulan ‘penyesalan itu pasti selalu datang terbelakang saat kita sudah mulai sadar akan apa yang telah kita perbuat’. Orang tua dimadura selalu itu yang dikatakan pada anak-anaknya, peringatan yang amat logis, untuk kemajuan putra putrinya dimasa yang akan datang.
Sekali lagi, jika kalian tidak ingin seperti aku, lakukan hal terbaik sejak saat ini, jangan terbiasa dengan kata “ah..nanti saja, itu kan mudah, ah…besok saja kan bisa, aku malas banget saat ini”
Aku beritahu yang terjadi padaku saat ini ”penyesalan” karena aku slalu berkata demikian, aku slalu menganggap nanti, besok ,lebih baik dari saat, hingga tanpa dirasa waktu yang tadi, kemaren hanya terbuang sia-sia. Dan saat itupun kembali lagi, penyelasan yang menghantui. ‘kenapa ya…aku tidak mengerjakannya semalam?,kenapa ya..aku harus menunda sampai saat ini?’
Sekarang ingin sedikit aku ceritakan pengalaman hidupku beberpa bulan yang lalu, saat hidupku tidak seperti teman sekelasku karena aku dijatuhi sangsi.
Saat itu aku berada dalam ranah sebuah pendidikan agama yang dimanakan pesantren, tempat para putra-putri muslim sejati menuntut ilmu untuk menperdalam agamanya. Seperti kebanyakan pesatren didaerahku, setelah lulus dari tingkatan sma sederajat akan dibaktikan pada pesantren dengan menjadi guru diberbagai madrasah-madriasah diberbagai daerah, namanya ‘tugasan’ atau menjadi guru tugas salama satu tahun untuk membaktikan dirinya pada pesatren yang telah mengajarinya ilmu.
Tepat pada acara pemberian tugas kenama para siswa akan dikirim untuk mengabdikan ilmunya, aku malah tidak kebagian job, bahkan aku diskor dari pesantren, apa akibatnya?, aku menjadi orang paling sedih, aku merasa kehilangan muka pada semua adik kelasku, aku telah mencoreng muka orang tuaku didepan tetangga dan keluarga besarku.
Dan pastinya akan timbul sebuah pertanyaan dihati kalian semua, “kenapa denganku?” atau adik kelasku bertanya “kenapa kamu tidak ditugas?” subahanallah, sungguh pertanyaan seperti itu amat menyakitkan bagiku, serasa ada pedang yang ditusukkan kedadaku, belum lagi pertanyaan keluargakku, tetangga dikampungku, yang lebih menyakitkan lagi, saat orang tuaku ditanya tentangku, tentang anaknya yang tidak kebagian job atau istilahnya modernnya ‘magang’. Sungguh saat itu aku amat menyesal seorang diri, rasanya tubuhku hanyalah bongkahan tanah yang amat menjijikan saat itu.
Dan kenapa itu bisa terjadi?, sebenarnya ada bermacam-macam faktor, namun yang paling elegan adalah gagalnya memanage waktu. Gagalnya aku menggunakan waktu saat itu, aku lebih terlena pada hidup indah saat ini hingga lupa jika esok sebenarnya yang lebih dinanti.
Semoga tulisan ini bisa bermam’faat bagi kalian dan tentunya aku
Yang telah gagal menggunakan waktu.
Namun, jangan pernah menyerah, hidup memang perjuangan.
Dan insya allah untuk cerita selengkapnya tentang kegagalanku akan aku jadikan cerpen untuk kalian semua, agar bisa memetik hikmahnya. Dan tidak bermain-main dengan waktu.
01:31, 07 april 2011, jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar