15 Mei 2015

puisi 'alif ilahi' - terlalu naif



terlalu naïf

Pada sisa malam yang sendiri di jendela rembulan redup
Aku melihat mata ibu menangis
Menggenangi hamparan sawah dan mengalir kesungai-sungai

Dalam lipatan selimut adik yang lelap
Rindu yang tak kunjung sampai menyudahi deru angin
Yang kencang

Sedang bapak masih tak mampu merubah gaya hidupnya
Berladang hingga malam pucat

Mungkin disini puncak kenaifanku
Yang terlalu dalam menyimpan rindu

#aku mencintai dan merindukanmu

2/
Mumpung masih ada waktu
Aku membiarkan jiwa menelan airmata
Sebab siang esok
Mungkin kenaifan kembali tiba

Jakarta, 16 Mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar