14 Mei 2011

autis apa sih.....?

Perjuangan Ibu untuk Autisme 23

Selasa, 10 Mei '11 12:31
"Ih, sejak pake BB jadi autis deh, nggak mau ngobrol sama kita lagi."
"Dasar autis lo, diajak gaul malah asik sama iPhone-nya."
Familiar nggak sih dengan celaan-celaan seperti itu? Apalagi sejak gadget canggih berpadu dengan social network marak di sekitar kita. Celaan seperti itu biasanya ditujukan untuk orang-orang yang terlalu sibuk melakukan sesuatu dengan media Blackberry, iPhone atau Android phone dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Padahal kata autis sendiri sama sekali nggak pantas untuk dijadikan bahan ledekan karena kondisi autisme yang sebenarnya jauh lebih berat daripada sekedar terlalu fokus dengan gadget.
Nah, dalam rangka memperingati World Autism Day tanggal 1 Mei 2011 dan hari Kartini, tanggal 21 April yang lalu Ngerumpi.com mengadakan "Ngobrol Santai tentang Perjuangan Kartini untuk Autisme" di Kampoeng Ilmu, Surabaya. Acara yang digelar santai sambil lesehan di pendopo Kampoeng Ilmu ini mengundang Dr. Handoyo, MPH pendiri AGCA Centre, sebuah lembaga pendidikan khusus anak berkebutuhan khusus. Beliau dan 2 orang tua dari anak penyandang autisme yaitu Silly (founder Blood For Life) dan Vika Wisnu (penggagas acara Walk4Autism Surabaya) berbagi ilmu dan kisah tentang apa dan bagaimana autisme itu.
Autisme: Jenis dan Ciri-cirinya
Autisme menurut Dr. Handoyo adalah gangguan perilaku, di mana seseorang mengalami hambatan dalam sosialisasi, komunikasi verbal dan non verbal dan memiliki perilaku autistik. Contoh perilaku autistik misalnya berputar-putar mengelilingi sesuatu yang dia sukai atau menggerakkan salah satu anggota tubuh dengan ritme tertentu.
Autisme sendiri dibagi menjadi 2, yaitu autis klasik atau autis sejak lahir dengan ciri-ciri: tidak ada kontak mata, tidak ada senyum sosial atau senyum untuk merespon stimulasi dari orang-orang yang dikenali bayi sejak umur 4 bulan dan tidak kaget dengan suara keras. Yang kedua adalah autis regresif yaitu autis yang muncul pada anak usia 2 tahun ke atas. Ciri-cirinya adalah tidak ada kontak mata, tidak bisa berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal dan tidak bisa main dengan teman sebaya.
Orang tua sebaiknya waspada ketika menemukan ciri-ciri tersebut pada anaknya, atau minimal 6 dari 12 ciri lain yang tercantum dalam buku Dr. Handoyo yang berjudul "Autisma". Semakin dini gejala autisme berhasil dideteksi dan semakin cepat anak menjalani terapi perilaku dan diet tertentu maka semakin besar kemungkinan anak untuk bisa pulih seperti anak-anak seusianya.
Terapi Perilaku
Ada 3 metode terapi perilaku yang biasa diterapkan untuk anak autis, yaitu Metode Kaufman, Metode ABA dan Metode Glenn Doman. Jika dalam metode Kaufman para terapis dan orang tua berusaha untuk masuk ke dunia anak, maka dalam metode ABA (Applied Behaviour Analysis) anak yang ditarik keluar dari dunianya oleh terapis. Sedangkan metode Glenn Doman lebih ke usaha untuk reformatting pada otak anak-anak, mendayagunakan bagian otak yang sehat dengan membuka kanal baru di otak sehingga kita bisa mem-bypass bagian otak yang rusak.
Metode kedua atau metode ABA adalah metode yang diterapkan oleh AGCA Centre dan banyak orang tua anak penyandang autis dengan berbagai macam tambahan dan modifikasi yang sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan anak. Seperti Vika Wisnu yang dengan mengajarkan anaknya sholat ternyata berhasil membantu anak untuk mengacungkan telunjuk seperti pada gerakan tahiyyat awal dan akhir.
Melakukan terapi dan memilih pendidikan yang sesuai untuk anak autis itu juga nggak mudah lho. Untuk hasil yang maksimal 1 anak autis harus ditangani minimal oleh 3 orang terapis. Terapi ini sendiri juga bisa berlangsung selama 2,5 - 3 tahun secara intensif untuk membekali anak perilaku dasar agar bisa masuk ke sekolah umum. Namun, meski sudah ditangani oleh tenaga profesional, orang tua nggak boleh lepas tangan, karena yang paling dibutuhkan oleh anak autis adalah interaksi yang terus menerus, minimal 8 jam sehari.
Peran Orang Tua dan Keluarga
Di rumah, orang tua dan anggota keluarga yang lain harus bekerja sama untuk membantu anak dengan autisme. Perlakukan anak dengan hangat dan penuh kasih, tegas tapi lembut dan berikan imbalan saat anak melakukan sesuatu yang sesuai dengan permintaan kita. Jika anak salah, sama sekali nggak boleh menghukum dengan kekerasan, bentakan atau ancaman karena memorinya sangat kuat. Orang tua juga nggak boleh punya emosi negatif seperti jengkel, marah, cemas, khawatir, kasihan dan malu dalam membesarkan anak autis.
Silly yang memiliki 2 orang anak autis mengatakan bahwa ketika orang tua mengetahui bahwa anaknya menyandang autis, sebaiknya orang tua yang di"terapi" dulu karena kebanyakan orang tua menyalahkan diri dan nggak terima akan keadaan yang dialami oleh anak. Hal itu disetujui oleh Vika Wisnu, karena setelah orang tua bisa menerima keadaan dan fokus akan kebutuhan anaknya, maka akan lebih mudah untuk mendampingi anak dalam terapinya dan memenuhi harapan anak itu sendiri.
Pendidikan untuk Anak Autis
Dalam memilih sekolah, sebaiknya anak dimasukkan ke sekolah inklusi atau sekolah khusus anak berkebutuhan khusus sampai ia dianggap siap bergabung dengan sekolah umum. Tapi jika anak masih belum bisa juga mengikuti pendidikan formal, coba cara yang lain. Orang tua bisa mencari bakat dan minat anak lalu dikembangkan. Intinya jangan putus asa, karena selalu ada harapan. Bahkan perkembangan sekecil apapun bagi orang tua merupakan hal istimewa yang patut disyukuri.
Nah, sudah tahu kan sekarang kenapa autis tidak pantas dijadikan pilihan kata untuk meledek atau mencela seseorang yang tenggelam dalam aktivitasnya? Bayangkan betapa tidak mudahnya hidup sebagai penyandang autisme dan beratnya tugas yang diemban orangtuanya. Jika belum bisa membantu anak autis dan para orang tuanya, minimal kasihilah mereka dengan hangat dan tulus, terimalah mereka apa adanya sebagai bagian dari lingkungan kita. Jangan jadikan bahan guyonan and please stop using "Autism" Word on Your Daily Jokes.

http://ngerumpi.com/baca/2011/05/10/perjuangan-ibu-untuk-autisme.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar